FAKTA GRUP – Pakar nutrisi mengungkapkan bahwa konsumsi makanan yang digoreng secara berlebihan memiliki banyak dampak negatif pada fungsi otak seseorang.
Menurut mereka, sering makan gorengan dapat meningkatkan risiko menurunnya kognisi atau kemampuan berpikir dan mengingat. Hal ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan bahwa makanan yang digoreng dalam minyak yang telah dipakai berkali-kali, mengandung asam lemak trans tinggi yang dapat merusak struktur dan fungsi otak.
Pakar nutrisi juga menyarankan agar mengurangi konsumsi makanan yang digoreng dan memilih pola makan seimbang untuk mendukung kesehatan otak dan fungsi kognitif yang optimal.
Makan gorengan telah menjadi bagian dari banyak budaya kuliner di seluruh dunia. Tetapi konsumsi secara berlebihan dapat memiliki dampak buruk bagi kesehatan, terutama kesehatan otak.
Gorengan cenderung tinggi lemak jenuh dan lemak trans yang dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Kolesterol tinggi terkait dengan penumpukan plak di pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan penyumbatan dan penurunan aliran darah ke otak.
Kurangnya pasokan darah dan oksigen yang cukup ke otak dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif, termasuk penurunan memori, konsentrasi dan kemampuan belajar.
Proses penggorengan makanan pada suhu tinggi dapat menghasilkan senyawa berbahaya seperti senyawa aldehida yang terkait dengan kerusakan sel-sel saraf. Paparan kronis terhadap senyawa-senyawa ini dapat menyebabkan peradangan dalam sistem saraf, yang pada gilirannya merusak struktur otak dan mengganggu transmisi sinyal antar sel-sel saraf.
Hal ini bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif serta peningkatan risiko gangguan neurologis degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
Selain efek langsungnya pada otak, makan gorengan juga sering dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas dan diabetes. Kedua kondisi ini memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan otak.
Obesitas telah terbukti memiliki hubungan dengan penurunan kognisi dan meningkatkan risiko gangguan neurologis seperti stroke. Diabetes juga dapat merusak pembuluh darah otak dan menyebabkan kerusakan saraf yang memengaruhi fungsi kognitif.
Tidak hanya lemak dan senyawa berbahaya yang menjadi masalah, tetapi juga zat aditif serta bahan kimia lain yang sering digunakan dalam proses penggorengan makanan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa zat aditif seperti MSG (monosodium glutamat) dapat menyebabkan gangguan neurologis pada beberapa orang yang sensitif.
Selain itu, penggunaan minyak yang telah dipakai berkali-kali dalam penggorengan dapat menghasilkan senyawa karsinogenik yang dapat merusak sel-sel saraf dan meningkatkan risiko gangguan neurologis.
Secara keseluruhan, konsumsi berlebihan makanan yang digoreng memiliki dampak signifikan pada kesehatan otak. Dengan mengurangi asupan makanan yang digoreng dan memilih makanan yang lebih sehat, seseorang dapat mengurangi risiko gangguan neurologis dan menjaga kesehatan otak untuk jangka panjang.
Penting untuk memahami dampak negatif dari makanan yang kita konsumsi serta mengadopsi pola makan yang seimbang untuk mendukung kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan.